Pada
suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al
Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna
Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba
Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa
beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka
merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau
saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang
mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor,
tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling
suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas
kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan
menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha
dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan
Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang
mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas
dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau,
maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan
penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap
dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar
dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh
pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat
kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk
membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata:
“Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk
Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”,
mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat,
setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum
beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan,
Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah
kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana
buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.
(Mereka terus
melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan
Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu
tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata:
“Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata:
“Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril
berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan
kesana anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali
melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh
pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah
anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas
buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi
pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat
dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi
Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi
Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu.
Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau
istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril
memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di
Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin
Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau
melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api,
setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata:
“Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka
akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan
suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar
dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya
dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai
Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para
Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan
mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.
Kemudian beberapa saat
kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai
Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita
yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan
pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan:
“Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya:
“Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”.
Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun.
Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah kamu
memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan
Tuhanmu adalah Allah”.
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh,
kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan
suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka
mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih
menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu
hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh
kuburkan kami dalam satu tempat”.
Maka Firaun memerintahkan
agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air
kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar
mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid,
sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam
dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan
takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian
dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan,
beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar
ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang
remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril
menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk
melaksanakan kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu
sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah
masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi
ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi
busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab:
“Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya,
tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina),
dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal
baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina
dengannya”.
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba
seseorang memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta
kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak
memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan
Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan
menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah
kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak
menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di
hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan
seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi
Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu
adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan
lebih memilih dunia daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan
ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu
banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu
sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho).
Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu
masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing
sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh
dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus
oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka
berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka,
kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau
untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah
sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah
berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas
meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu
al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang
dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.
Kemudian setelah
beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan
mi’raj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai
akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.
Setelah melakukan Isra’
dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis,
kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj
yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa
sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan
Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat
lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi
umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk
memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup
kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya
diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan
ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi
Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit
pertama), ternyata disana berdiri malaikat, yang malaikat ini tidak
pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi
kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara
dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu
malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya: “Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad saw.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?” Jibril menjawab: “Benar”.
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:
“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan
pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya
makhluk yang datang”. Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur
sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam
kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata: “Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah
kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang
kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian
Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan
Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang
yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian
Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba
pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging
panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk
menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka
berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang
haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan
beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan
ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga
mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka
adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu
kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu
dikatakan kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat
penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut
kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di
langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin
Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing
duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia
berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas
terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan
tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud
ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam
beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh
dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan
ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau
berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan
dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi
berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam
riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang
diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat
cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali
beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi
sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin
‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena
uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang
khusyu’ mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit
keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing,
ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan
umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada
pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang
sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan
kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang
mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau
tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk
dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu, dan selain mereka
terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.
Pada
tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS,
seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit
beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai
dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku
adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah
saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah
Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan
hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang
diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada
umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di
sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari
emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul
Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah
bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi
Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman
surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah
bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir)
Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.
Dalam riwayat lain beliau berkata:
“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa
surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi
adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu
akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul
Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang
cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun
memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak
berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta
sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan
sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga
Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki
surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah
dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat
Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak
kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau
melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke
Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna,
pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan
seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk
melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di
tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun
diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu
mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu
langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: “Wahai Muhammad.” “Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.
“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.
Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai
Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud
kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan
agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin,
Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat
mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda:
” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari
semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia
bertanya:
“Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?” Aku menjawab: “50 sholat”,
Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu
diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada
Musa, tapi Musa berkata:
“Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali
kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman:
“Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap
satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”. Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:
“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”, Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya
menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu
masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan
mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara
mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir,
saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah
Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan
tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad
keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah
membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan
diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong
apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang
mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al
Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa
aalihi wa sallam.
Mari Kita Hadiahkan Bacaan Surat Al-Fatihah Untuk Beliau.. ALFATIHAH...